Nilai Tambah yang Adil pada Pelaku Rantai Pasok Gambir di Sumatera Barat

Hendra Saputra, Novizar Nazir, Rina Yenrina

Abstract


Abstrak

Gambir merupakan komoditas unggulan Sumatera Barat. Di dalam pemasaran produk gambir, terdapat rantai pemasaran yang sangat panjang hingga diterima ditangan konsumen akhir. Distribusi nilai tambah masing-masing pelaku rantai pemasaran tidak mendapatkan porsi yang seimbang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan nilai tambah yang diperoleh setiap pelaku rantai pasok menggunakan metode Hayami Termodifikasi untuk menghitung nilai tambah dan analytical network process untuk menganalisis tingkat risiko pada pelaku rantai pasok gambir. Pada skala industri dengan kapasitas pabrik pengolahan 1.250 kg gambir/jam di tingkat eksportir, harga jual gambir masyarakat Rp45.000/kg dan harga gambir katekin (produksi eksportir) Rp189.000/kg diperoleh perbandingan porsi nilai tambah petani (21%): pedagang pengumpul (27%): eksportir lokal (52%), hal ini menunjukan petani medapatkan porsi nilai tambah terendah dibandingkan pedagang pengumpul dan eskportir lokal. Tingkat risiko yang dihadapi petani memperoleh nilai tertinggi (0,477), eksportir lokal (0,281), pedagang pengumpul (0,183) dan konsumen (0,058). Hasil penyeimbangan prosi nilai tambah dan tingkat risiko masing-masing pelaku rantai pasok gambir yaitu petani mengalami peningkatan porsi nilai tambah Rp/kg produk yaitu dari Rp39.242 menjadi Rp88.722, pedagang pengumpul mengalami penurunan yaitu dari Rp49.514 menjadi Rp34.038 selanjutnya ekportir lokal mengalami penurunan dari Rp97.244 menjadi Rp52.266. Keseimbangan nilai tambah ini dapat dijadikan kebijakan untuk menetapkan harga yang stabil untuk komoditas gambir dengan tujuan mempertahankan keberlangsungan bisnis gambir di Sumatera Barat.

Kata kunci: gambir, keseimbangan nilai tambah, nilai tambah, rantai pasok, risiko

 

Abstract

Gambier is a superior commodity in West Sumatra. Marketing process in gambier products have a very long marketing chain until it is accepted by the end consumer. The value-added distribution of each marketing chain does not get a balanced portion. This research was conducted to determine the balance of added value obtained by each supply chain actor using the Modified Hayami method to calculate added value and analytical network process to analyze the level of risk in gambier supply chain actors. On an industrial scale with a processing plant capacity of 1250 kg gambier/hour at the exporter level, the selling price of community gambier is IDR 45,000 / kg and the price of catechin gambier (exporter production) IDR 189,000 / kg is obtained by comparison of the value-added portion of farmers (21%): traders collectors (27%): local exporters (52%), this shows that farmers get the lowest portion of added value compared to local collectors and exporters. The level of risk faced by farmers is the highest (0.477), local exporters (0.281), collector traders (0.183) and consumers (0.058). The proceeds of equal value-added risk and the level of risk of each gambier supply chain actor, namely farmers experience an increase in the value-added portion of IDR/kg of product, from IDR 39,242 to IDR 88,722, collector traders decrease, from IDR 49,514 to IDR 34,038. Local exporters decreased from IDR 97,244 to IDR 52,266. This balance of added value can be used as a policy to set a stable price for gambier commodities with the aim of maintaining the sustainability of gambier business in West Sumatra.

Keywords: balance value-added, gambier, risk, supply chain, value-added


Keywords


gambir; keseimbangan nilai tambah; nilai tambah; rantai pasok; risiko; balance value-added; gambier; risk; supply chain; value-added

Full Text:

PDF

References


Amalia, C., Syamsun, M., & Setiawan, A. (2012). Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis (Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor). Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amri, N. A., Sitorus, S. R. P., & Sutandi, A. (2015). Analisis dan Arahan Pengembangan Komoditas Gambir (Uncaria gambier Roxb.) dalam rangka Pengembangan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Limapuluh Kota.

Aragonés-Beltrán, P., Chaparro-González, F., Pastor-Ferrando, J.-P., & Pla-Rubio, A. (2014). An AHP (Analytic Hierarchy Process)/ANP (Analytic Network Process)-based multi-criteria decision approach for the selection of solar-thermal power plant investment projects. Energy, 66, 222–238. https://doi.org/10.1016/j.energy.2013.12.016

BPS Kabupaten Lima Puluh Kota. (2014). Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka. Payakumbuh: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota.

BPS Provinsi Sumatera Barat. (2014). Sumatera Barat Dalam Angka. Padang: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat.

Bunte, F. (2006). Pricing and Performance In Agri-Food Supply Chains. In Quantifying the Agri-Food Supply Chain (pp. 37–45). Wageningen: Wageningen University and Research Centre.

Chopra, S., & Meindl, P. (2007). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation. New York: Pearson Education Inc. Prentice Hall.

Gumbira-Sa’id, E., Syamsu, K., Mardliyanti, E., Herryandie, A., Evalia, N. A., Rahayu, D. L., … Hadiwijoyo, A. (2009). Agroindustri & Bisnis Gambir Indonesia. Bogor: IPB Press.

Hidayat, S., Marimin, Suryani, A., Sukardi, & Yani, M. (2012a). Model identifikasi risiko dan strategi peningkatan nilai tambah pada rantai pasok kelapa sawit. Jurnal Teknik Industri, 14(2), 89–96. https://doi.org/10.9744/jti.14.2.89-96

Hidayat, S., Marimin, Suryani, A., Sukardi, & Yani, M. (2012b). Model Penyeimbangan Nilai Tambah Berdasarkan Tingkat Risiko pada Rantai Pasok Minyak Sawit. Disertasi. Program Studi Teknologi Industri Pertanian. Institut pertanian Bogor. Bogor.

Hidayat, S., Nurhasanah, N., & Prasongko, R. A. (2014). Formulasi nilai tambah pada rantai pasok minyak sawit. Jurnal Optimasi Sistem Industri, 13(1), 576–587. https://doi.org/10.25077/josi.v13.n1.p576-587.2014

Nasution, A. H., Asmarantaka, R. W., & Baga, L. M. (2015). Peran Kelembagaan Dalam Pengolahan Dan Pemasaran Gambir Di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Tesis. Pascasarjana Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pujawan, I. N., & Mahendrawathi. (2010). Supply Chain Management (2nd ed.). Surabaya: Guna Widya.

Rafiei, H., & Rabbani, M. (2014). Hybrid MTS/MTO order partitioning framework based upon fuzzy analytic network process. Applied Soft Computing, 19, 312–321. https://doi.org/10.1016/j.asoc.2014.02.024

Saaty, T. L. (2005). Theory and Applications of the Analytic Network Process: Decision Making with Benefits, Opportunities, Costs, and Risks. Pittsburgh: RWS Publications.

Saaty, T. L., & Cillo, B. (2008). The Encyclicon (Volume 2). Pittsburgh: RWS Publications.

Saputra, H., Nazir, N., & Yenrina, R. (2018). Analisis nilai tambah pelaku rantai pasok gambir dengan metode hayami termodifikasi. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 22(1), 73–78. https://doi.org/10.25077/jtpa.22.1.73-78.2018

Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., & Simchi-Levi, E. (2004). Managing the Supply Chain : The Definitive Guide for the Business Professional (1st ed.). New York: McGraw-Hill Education.

Suharjito, Marimin, Machfud, Haryanto, B., & Sukardi. (2011). Pemodelan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Cerdas Manajemen Risiko Rantai Pasok Produk/Komoditi Jagung. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Vinodh, S., Anesh Ramiya, R., & Gautham, S. G. (2011). Application of fuzzy analytic network process for supplier selection in a manufacturing organisation. Expert Systems with Applications, 38(1), 272–280. https://doi.org/10.1016/j.eswa.2010.06.057




https://doi.org/10.21776/ub.industria.2018.007.03.5

Refbacks

  • There are currently no refbacks.