Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Tanaman Rimpang

Laila Nuzuliyah

Abstract


Abstrak

Tren back to nature mendorong masyarakat untuk mengubah pola konsumsinya untuk lebih memperhatikan kandungan gizi dan manfaatnya untuk kesehatan. Hal ini mengakibatkan konsumsi minuman herbal meningkat. Pengolahan dari bahan segar menjadi produk instan perlu dilakukan untuk meningkatkan umur simpan produk herbal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usaha berdasarkan biaya total, penerimaan, dan keuntungan, sertamenganalis nilai tambah produk olahan tanaman rimpang sebagai minuman herbal. Produk olahan tanaman rimpang yang dianalisis adalah minuman herbal kopi laos dan kunyit putih. Metode analisis usaha yang digunakan meliputi analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan R/C ratio. Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha pengolahan kopi laos dan kunyit putih menguntungkan karena setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi kopi laos akan memberikan penerimaan sebesar Rp1,37 sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp0,37, sedangkan setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi kunyit putih akan memberikan penerimaan sebesar Rp1,50 dengan keuntungan Rp0,50. Hasil analisis nilai tambah menunjukkan bahwa produk kopi laos memberikan nilai tambah sebesar Rp86.650/kg dimana setiap Rp100 nilai produk kopi laos mengandung nilai tambah sebesar Rp51,99. Nilai tambah produk kunyit putih adalah Rp134.800/kg dimana setiap Rp100 nilai produk kunyit putih mengandung nilai tambah sebesar Rp67,40.

Kata kunci: kopi laos, kopi kunyit putih, nilai tambah

 

Abstract

The trend of back to nature change the consumption pattern in society became health and nutrient contents consumption. This situation makes herbal drink consumption increase. Fresh ingredients need to process as instant products to expand herbal drink shelf life. This study aims to analyze the business based on total cost, revenue, profit, and value added of processed products of rhizome plants as herbal drinks. This research examined galangal and white turmeric coffee. Business analysis methods used include cost analysis, revenue, profit and R / C ratio. Hayami method used as value-added analysis. The results show that the business of galangal and white turmeric processing is profitable. Every 1 IDR cost incurred to produce galangal coffee will give an income of 1.37 IDR so that the profit earned is 0.37 IDR, whereas every 1 IDR cost incurred to produce white turmeric will provide acceptance of 1.50 IDR with benefit 0.50 IDR. Added value analysis shows that galangal coffee products provide added-value of 86.650 IDR/kg where each 100 IDR value of galangal coffee products contains added-value of 51.99 IDR. The added benefit of white turmeric products is 134.800 IDR/kg where each 100 IDR value of white turmeric products includes added value of 67.40 IDR.

Keywords: galangan coffee, white turmeric coffe, added value

 


Keywords


kopi laos; kopi kunyit putih; nilai tambah; galangan coffe; white turmeric; added value

Full Text:

PDF

References


Akrige, J., Downey, D., Boehlje, K., Harling, F., Barnard, & Baker, T. (1997). Food System 21 Gearing Up for the New Millenium. In Agricultural Input Industries. West Lafayette: Purdue University Cooperative Extension Service.

Anderson, D. P., & Hanselka, D. (2009). Adding Value to Agricultural Products. Texas A&M University. Retrieved from http://hdl.handle.net/1969.1/86940

Barnard, F. L., Akridge, J. T., Dooley, F. J., Foltz, J. C., & Yeager, E. A. (2012). Agribusiness Management (4th ed.). New York: Routledge.

Bendjeddou, D., Lalaoui, K., & Satta, D. (2003). Immunostimulating activity of the hot water-soluble polysaccharide extracts of Anacyclus pyrethrum, Alpinia galanga and Citrullus colocynthis. Journal of Ethnopharmacology, 88(2-3), 155–160. https://doi.org/10.1016/S0378-8741(03)00226-5

Born, H. (2001). Keys to Succes in Value-Added. Southern Sustainable Agriculture Working Group and The National Center for Appropriate Technology’s ATTRA Project. Fayetville.

Dewi, K. H., Nusril, Helmiyetti, Rosalina, Y., & Sarumpaet, P. (2013). Analisis nilai tambah kopi teripang jahe pra campur saset. Jurnal Agrisep : Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 12(2), 209–216.

Donovan, J., Franzel, S., Cunha, M., Gyau, A., & Mithöfer, D. (2015). Guides for value chain development: a comparative review. Journal of Agribusiness in Developing and Emerging Economies, 5(1), 2–23. https://doi.org/10.1108/JADEE-07-2013-0025

Febrina, K., Sinulingga, S., & Napitupulu, H. (2017). Performance measurement in the agro-industrial supply chain of passion fruit syrup in North Sumatera Province. IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering, 14(5), 46–55.

Griffin, A. (1997). PDMA research on new product development practices: Updating trends and benchmarking best practices*1. Journal of Product Innovation Management, 14(6), 429–458. https://doi.org/10.1016/S0737-6782(97)00061-1

Hasanah, U., Mayshuri, & Djuwari. (2015). Analisis nilai tambah agroindustri sale pisang di Kabupaten Kebumen. Ilmu Pertanian, 18(3), 141–149.

Hayami, Y., Kawagoe, T., Marooka, Y., & Siregar, M. (1987). Agricultural Marketing and Processing in Upland Java a Perspective From a Sunda Village. Bogor: CPGRT Centre.

Herdiyandi, Rusman, Y., & Yusuf, M. N. (2016). Analisis nilai tambah agroindustri tepung tapioka di Desa Negaratengah Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya (studi kasus pada seorang pengusaha agroindustri tepung tapioka di Desa Negaratengah Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH, 2(2), 81–86. https://doi.org/10.25157/jimag.v2i2.62

Itokawa, H., Morita, H., Sumitomo, T., Totsuka, N., & Takeya, K. (1987). Antitumour principles from Alpinia galanga. Planta Medica, 53(1), 32–33. https://doi.org/10.1055/s-2006-962611

Kasmir, & Jakfar. (2013). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Kementerian Keuangan. (2012). Laporan Kajian Nilai Tambah Produk Pertanian. Jakarta.

Kustiari, R. (2012). Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian. In Prosiding Seminar Nasional “Petani dan Pembangunan Pertanian” (pp. 75–85). Bogor: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Kusuma, P. T. W. W. K., & Mayasti, N. K. I. (2014). Analisa kelayakan finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal: Mie berbasis jagung. Agritech, 34(2), 194–202.

Lambert, D., Lim, A. H., Tweeten, K., Leistritz, F. L., Wilson, W. W., McKee, G. J., … Saxowsky, D. M. (2006). Agricultural Value Added: Prospects for North Dakota. Dakota.

Lestari, E. W., Haryanto, I., & Mawardi, S. (2009). Konsumsi masyarakat perkotaan dan faktor-faktor yang berpengaruh: Kasus di Kabupaten Jember. Pelita Perkebunan (Coffee and Cocoa Research Journal), 25(3), 216–235.

Niir Project Consultancy Services. (2016). Ginger Cultivation, Ginger Processing and Ginger Value Added Products. Retrieved March 23, 2018, from https://www.entrepreneurindia.co/Document/Download/pdfanddoc-608414-.pdf

Oktavera, R., & Andajani, E. (2013). Implementation of Value Chain Analysis in the Broiler Supply Chain Agribussiness. In 10th Ubaya International Annual Symposium on Management (pp. 1268–1279). Surabaya: Universitas Surabaya.

Oonmetta-aree, J., Suzuki, T., Gasaluck, P., & Eumkeb, G. (2006). Antimicrobial properties and action of galangal (Alpinia galanga Linn.) on Staphylococcus aureus. LWT - Food Science and Technology, 39(10), 1214–1220. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2005.06.015

Pongsibidang, G. S. (2016). Risiko hipertensi, diabetes, dan konsumsi minuman herbal pada kejadian gagal ginjal kronik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2015. Jurnal Wiyata Penelitian Sains Dan Kesehatan, 3(2), 162–167.

Program on Agricultural Technology Studies. (2005). How important is Value-Added Agriculture in Wisconsin ? Madison.

Rachmat, M. (2013). Perspektif Pengembangan Industri Pengolahan Pangan di Indonesia. In Diversifikasi Pangan Dan Transformasi Pembangunan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sharma, B. P. (2013). Ginger Production and Processing Technology Dissemination in Dang, Nawalparasi and Parbat Districts. Kapurkot.

Suardani, N. M. A., Darmadi, N. M., & Semariyani, A. A. M. (2016). Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Jahe sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Kelompok Wanita Tani di Desa Petang. In Seminar Nasional Hasil Pengabdian Masyarakat Inovasi Ipteks Perguruan Tinggi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Press.

Supardi, S., Herman, M. J., & Yuniar, Y. (2011). Penggunaan jamu buatan sendiri di Indonesia (analisis data riset kesehatan dasar tahun 2010). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(4), 375–381.

Tasia, W. R. N., & Widyaningsih, T. D. (2014). Potensi cincau hitam (Mesona palustris Bl.), daun pandan (Pandanus amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai bahan baku minuman herbal fungsional. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(4), 128–136. https://doi.org/10.16146/j.cnki.rndlgc.2014.06.001

Tim Tropical Plant Curriculum. (2012). Tanaman Obat Herba Berakar Rimpang. Bogor: SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor.

Vedashree, M., Pradeep, K., Ravi, R., & Madhava, N. M. (2016). Turmeric spent flour : Value addition to breakfast food. International Journal of Nutritional Sciences, 1(2), 1–5.

Wijayanti, A. D., Maria, A. F., & Khasanah, S. N. (2011). Pengaruh pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma alba) terhadap nilai Hb (hemoglobin), PCY (packed cell volume), jumlah dan diferensila leukosit tikus yang terpapar asap sepeda motor. Jurnal Sain Veteriner, 29(1), 1–6.

Yuliani, S., & Kailaku, S. I. (2009). Pengembangan produk jahe kering dalam berbagai jenis industri. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian, 5(1), 61–68.

Yulianto, R. R., & Widyaningsih, T. D. (2013). Formulasi produk minuman herbal berbasis cincau hitam (Mesona palustris), jahe (Zingiber officinale), dan kayu manis (Cinnamomum burmanni). Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 1(1), 65–77.




https://doi.org/10.21776/ub.industria.2018.007.01.4

Refbacks

  • There are currently no refbacks.